Momentum hari lahir Pancasila 1 Juni sebenarnya menjadi sindiran kepada kita semua anak-anak muda Indonesia untuk merefleksi kembali perjalanan ideology bangsa atau dasar Negara. Ditengah perjalanannya hingga tiba saat ini sebagai dasar dari terbentuknya Negara ini, rupanya Pancasila memang menjadi karunia yang dapat menjawab segala persoalan yang sedang merongrong persatuan Indonesia.
Kita dapat melihat beberapa masa ini, Indonesia telah menghadapi empat persoalan yang sangat begitu serius dan harus segera diselesaikan. Ancaman terbesar tersebut yakni radikalisme, terorisme, narkoba, dan korupsi. Dari keempat persoalan tersebut, sebagai penulis beranggapan jika semua itu terjadi diakibatkan Pancasila tidak dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat mampu menghadapi keempat tantangan tersebut.
Dengan demikian, perlu sebenarnya memantapkan kembali ideology Pancasila di tengah-tengah masyarakat. Berkenaan dengan itu juga, saya menilai perlunya pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat begitu plural, apalagi saat ini begitu marak terpaan virus anti Pancasila yang jika tidak dicegah akan semakin meluas.
Sebagai referensi factual, mengutip dari survey Kementrian Agama, telah begitu jelas menunjukkan jika Pancasila masih diyakini sebagai ideology terbaik bangsa. Ditambah lagi dengan beberapa Negara juga telah memberikan apresiasi kepada Indonesia atas Pancasila yang selama ini dijadikan sebagai falsafah ideology bangsa. Hal tersebut harus mampu menjadikan kita untuk menjadi optimis karena Indonesia mampu terus berkembang karena mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengikuti perkembangan saat ini, dimana media sosial tidak lagi dapat dipisahkan dari kehidupan anak muda setiap harinya, maka sangat diperlukan suatu gebrakan yang dapat memperkuat identitas diri bangsa. Salah satu yang dapat menjadi langkah adalah memperkuat teknologi guna mengantisipasi efek negatif globalisasi. Efek negative globalisasi salah satunya merupakan paham radikalisme.
Oleh sebab itu, anak muda yang bertindak sebagai kaum milenial perlu menjadi garda terdepan dan perlu dibekali dengan jiwa kepemimpinan yang aktif, kreatif, inovatif serta unggul dan mandiri agar mampu menjadi generasi yang berkekuatan dalam melawan perkembangan paham radikalisme dalam arus teknologi informasi dan komunikasi. Dapat pula diyakini bahwa penanaman kebinekaan serta jiwa Pancasila yang menjunjung nasionalisme yang dilengkapi dengan kecukupan kebutuhan spiritual, akan dapat menjadi jawaban dari permasalahan Radikalisme.
Sekarang ini, generasi muda diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada generasi dini untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pesatnya perkembangan paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila, dimana generasi dini merupakan sasaran yang dijadikan sandera dari kelompok-kelompok radikal.
Melalui tulisan ini saya berharap dapat menjadi salah satu refleksi bagi anak-anak muda Indonesia dalam mengembangkan potensi diri dalam upaya menjadi pemimpin cemerlang yang paham akan nilai jati diri bangsa di masa yang akan datang.
Penulis merupakan Ketua Umum Gerakan Muda Peduli Nusantara (GMPN) Wilayah Sulawesi Tenggara
Paul adalah seorang penulis dan penjelajah budaya yang memiliki kecintaan mendalam pada bahasa-bahasa daerah, termasuk Bahasa Indramayu. Kecintaannya pada bahasa dan budaya lokal ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi dalam menulis, tetapi juga memperkaya wawasannya tentang keragaman budaya di Indonesia.