Perjalanan sejarah Indramayu diwarnai dengan kekacauan, termasuk Sejarah Raden Benggala dan Benggali Bupati Indramayu, kekacauan berawal saat Wiralodra Ketiga meninggal dunia tiba-tiba, saat sebelum meninggal dunia, dia belum menunjuk calon substitusinya.
Perebutan Tahta Raden Benggala Dan Benggali
Sementara di lain sisi, Raden Benggala sebagai putra paling tua menanggap diri paling patut gantikan posisi ayahnya, begitu juga dengan Raden Benggali berasa lebih memiliki hak atas tahta dibanding kakaknya.
Pertentangan ke-2 saudara kembar itu berjalan terlalu lama, masing-masing mempunyai penganut setianya masing-masing, hingga pemerintah di Kadipaten Indramayu terpecah jadi dua tim, masing-masing bersikeras dengan ego dan gairahnya masing-masing.
Sementara di lain sisi Kesultanan Mataram yang berkedudukan sebagai pemerintahan pusat sedang digoncang perlawanan. Situasi seperti itu pada akhirnya di gunakan VOC Belanda untuk merampas Indramayu dari kekuasaan Mataram.
Kekacauan persaingan perebutan tahta di antara Raden Benggala dan Benggali yang mengikutsertakan terlibat VOC Belanda diceritakan dalam dokumen “Babad Dermayu” kejadian terjadi setelah Raden Sawerdi yang bertitel Wiralodra Ketiga meninggal dunia tiba-tiba.
Dalam Babad Dermayu disebut bahwa; Wiralodra Ketiga memiliki 4 orang anak, dua orang lelaki kembar yang dinamakan Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga sejenis kelamin wanita yang nantinya di perisitri oleh Raden Singawijaya.
Dan anak paling akhir sejenis klamin lelaki yang dinamakan Wangsa Winata.
Saat Wiralodra Ketiga wafat, dia belum mewariskan siapakah yang nantinya menempati kedudukan Adipati Indramayu, hingga beberapa pembesar di Indramayu berencana pengangkatan Raden Benggala sebagai Adipati seterusnya, pemikirannya ialah karena posisinya sebagai anak paling tua.
Berasa lebih dekat sama ayahnya dan berasa lebih pandai dibanding kakaknya, Raden Benggali brontak atas gagasan pengangkatan kakaknya sebagai Adipati, Raden Benggali memproklamirkan ketidak setujuannya secara terus-terang.
Anehnya tindaknnya itu disokong oleh beberapa pembesar Indramayu dan saudara-saudaranya.
Setelah kejadian berkeberatan Raden Benggali atas gagasan pengukuhan kakaknya, karena itu meledaklah kerusuhan antara sama-sama keluarga di Kadipaten Indramayu, bahkan juga hampir-hampir saja terjadi pertumpahan darah dintara kedua pihak.
Pada akhirnya, untuk terbentuknya kenyamanan di Indramayu, beberapa punggawa dan pembesar Kadipaten Indramayu setuju tunda pengukuhan Raden Benggala.
Pada periode ini sepanjang 5 bulan Indramayu tidak mempunyai Adipati, masalah pemerintah dikerjakan oleh beberapa petinggi alternatif Adipati.
Belanda Memanfatkan Situasi Di Indramayu
Memperhatikan keadaan Indramayu yang kacau-balau karena kekacauan persaingan perebutan tahta dan tidak terawat oleh Kesultanan Mataram, VOC Belanda memanfatkan situasi.
Mereka mengirim seorang komandan unit militer namanya Van Den Bosh untuk tawarkan pertemanan dan penuntasan permasalahan.
VOC Belanda menyarankan jika “untuk menghindar pemecahan di Indramayu, karena itu baik Raden Benggala atau Benggali memiliki hak menempati tahta.
VOC menyarankan supaya Raden Benggala masih tetap dikukuhkan sebagai Adipati Indramayu sepanjang tiga tahun, adapun untuk tiga tahun seterusnya dijabat oleh Raden Benggali”.
Saran VOC yang seperti itu pada akhirnya diterima oleh kedua pihak, mereka memandang VOC memberikan jalan keluar yang adil, hingga dengan jalan keluar seperti itu Kadipten Indramayu terlepas dari perang saudara.
Saat itu beberapa Petinggi di Indramayu tidak mengetahui jika dibalik saran VOC yang kelihatannya baik itu disimpan niat busuk.
Setelah ditetapkannya persetujuan antara kedua pihak, Raden Benggala dikukuhkan jadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV.
Sementara Raden Benggali dibawa oleh VOC Belanda ke Batavia, dia dijadikan tamu kehormatan oleh Belanda.
Di saat jadi tamu kehormatan di Batavia, pertimbangan Raden Benggali dikit demi sedikit dipengaruhi oleh Belanda, hingga makin lama keinginannya untuk jadikan Indramayu sebagai sisi dari kekuasaan VOC Belanda jadi tinggi.
Pada periode pemerintah Wiralodra IV, Indramayu condong tidak konstan, beberapa punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak, ada yang memberikan dukungan Raden Benggala ada juga yang memberikan dukungan Raden Benggali.
Sementara Raden Benggala selalu khawatir dalam memerintah sebab menganggap memikul kedudukan yang sementara, dengan keadaan yang semacam itu.
Raden Benggala banyak habiskan periode pemerintahannya dengan beberapa perdalam tuntunan agama. Sejarah Benggala dan Benggali Bupati Indramayu panjang sekali, jadi simak sampai habis ya.
Sejarah Raden Benggali Singalodra
Sesudah tiga tahun, tiba waktunya penggantian kekuasaan, Raden Benggali dikukuhkan jadi Adipati Indramayu dengan gelar Singalodra.
Gelar ini melanggar gelar Adipati Indramayu awalnya (Wiralodra), walau gelar baru itu diambil dari nama ayah Wiralodra I (Arya Wiralodra).
Sesudah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati Indramayu yang baru, Raden Benggala cenderung pilih berangkat ke Cirebon bersama anaknya Raden Kertawijaya untuk berbakti ke Sultan Cirebon.
Oleh Sultan Cirebon Raden Benggala dikasih kedudukan sebagai Guru Agama untuk beberapa pangeran di Kesultanan Cirebon. Sementara anaknya dijadikan penguasa di Panjunan.
Pada periode pemerintah Raden Benggali, Indramayu secara politik benar-benar dikontrol Belanda, semua peraturan pemerintah mengikuti gagasan atau anjuran Belanda.
Tetapi, pemerintah Raden Benggali tidak tahan lama karena barusan memerintah sepanjang 3 bulan dia ditembus penyakit misteri hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Raden Samaun Penerus Tahta
Posisinya sebagai Adipati Indramayu ialah Raden Samaun, anak lelaki tertuanya. Raden Samaun dikukuhkan jadi Adipati Indramayu atas referensi Belanda, adapun gelar yang dipakainya ialah “Wiralodra V” dalam soal gelar.
Raden Samaun bertolak-belakang dengan opini ayahnya yang pilih gelar Singalodra.
Karena pada periode pemerintah Wiralodra V, Indramayu telah dikontrol Belanda, rakyat mulai benci pada Adipatinya, mereka memandang pimpinan mereka kurang kuat dan tidak lebih dari boneka dan kaki tangan Belanda.
Sementara di lain sisi bersamaan dengan periode pemerintah Wiralodra V, di daerah Cirebon meledak perlawanan yang digerakkan oleh Bagus Rangin, seorang pejuang ternama asal Bantar Jati (Majalengka) yang melawan beberapa penguasa sebagai kaki tangan Belanda.
Perjuangan Bagus Rangin mendapatkan support dari rakyat Indramayu, maka dari itu mereka punya niat merebut Kadipaten Indramayu dari tangan Wiralodra V.
Bagus Rangin mempunyai beberapa ribu pejuang yang kuat, antara beberapa pimpinan pasukan yang populer ialah Bagus Kandar, bagus Sura Persada, Bagus Leja, Bagus Sena, Bagus Serit dan lain-lain.
Gagasan penguasaan Indramayu di bawah Instruksi Bagus Rangis diatur dengan masak, tetapi gagasan serangan dibocorkan dengan seorang wanita benama Nyi Jaya.
Nyi Jaya memberikan laporan gagasan Bagus Rangin ke Wiralodra V, hingga Wiralodra V mengutus Patih Astanaya untuk mematikan perlawanan dengan bawa beberapa ribu bala tentara Indramayu ke arah Bantar Jati.
Namun usaha pembasmian rupanya tidak berhasil, Pati Astanaya dan mayoritas prajurit Indramayu malah bisa gampang dihajar oleh beberapa pemberontak.
Kekalahan Indramayu membuat Wiralodra V terpukul, sementara untuk pemberontak kemenagan itu didanggap sebagai jalan pembuka ke arah penguasaan Indramayu.
Maka dari itu beberapa pemberontak bergerak ke arah Pendopo Indramayu untuk merampas pusat pemerintah, namun saat sebelum pemberontak menggempur Pendopo, Wiralodra V secara cepat minta kontribusi Belanda.
Setelah tiba di Indramayu, perang yang didului dengan tipu tipu daya Belanda pada akhirnya menaklukkan pemberontak, beberapa panglima perang perlawanan banyak yang meninggal, sementara bekasnya sukses selamatkan diri terhitung pimpinan intinya Bagus Rangin.
Kesuksesan Belanda dalam membasmi perlawanan di Indramayu ternyata harus dibayarkan mahal oleh Wiralodra V, Belanda tekan Indramayu untuk selekasnya bayar lunas ongkosya perang dan di lain sisi Indramayu saat itu betul-betul jatuh miskin karena perang yang berkelanjutan.
Karena itu sebagai tukarnya, Wiralodra V memberikan Indramayu pada Belanda. Mulai setelah itu Indramayu secara keseluruhan jadi bawahan Belanda.
Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda pada kenyataannya ialah imbas dari kekacauan persaingan perebutan tahta di periode Raden Banggala dan Benggali. Kekacauan itu sebagai jalan pembuka untuk Belanda untuk kuasai Indramayu secara pelan-pelan.
Itulah seputar Sejarah Benggala dan Benggali Bupati Indramayu yang dulu pernah menjabat.
Paul adalah seorang penulis dan penjelajah budaya yang memiliki kecintaan mendalam pada bahasa-bahasa daerah, termasuk Bahasa Indramayu. Kecintaannya pada bahasa dan budaya lokal ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi dalam menulis, tetapi juga memperkaya wawasannya tentang keragaman budaya di Indonesia.