Kecamatan Anjatan memiliki banyak desa yang tentunya setiap desa mempunyai sejarahnya masing-masing, Sejarah desa di kecamatan Anjatan pasti berbeda-beda, mulai dari tahun terbentuknya desa tersebut, asal usul nya dan lain-lain.
Sejarah Desa Anjatan
Anjatan adalah Desa yang berada di Kabupaten Indramayu, Anjatan selanjutnya diputuskan jadi nama kecamatan yang membawai 13 desa diwilayahnya.
Anjatan berada paling timur daerah Kabupaten Indramayu, di barat bersebelahan dengan kecamatan Bongas dan Patrol diutara bersebelahan dengan Kecamatan Sukra di Selatan bersebelahan dengan Kecamatan Hargeulis, dan ditimur bersebelahan dengan Daerah Kabupaten Subang.
Sejarah Pemberian nama dan Pendirian Desa Anjatan menurut sumber oral warga di tempat terjadai di antara tahun 1805-1805 Masehi, dengan Kuwu atau Kepala Desa pertama kalinya dijabat oleh Bapak Sanijam.
Desa Anjatan yang sebelumnya satu Desa selanjutnya terpecah jadi 3 Desa yaitu Desa Anjatan, Anjatan Utara dan Anjatan baru, terpecahnya desa Anjatan jadi tiga itu dikarenakan oleh factor luasnya desa itu dan bertambahnya perkembangan warga Anjatan saat itu.
Sehingga pemerintahan Kabupaten Indramayu selanjutnya memekarkanya. Pemekaran Anjatan jadi 3 Desa terjadi di antara tahun 1980-1989.
Secara geografis, Anjatan sebagai desa yang ada di wilayah daratan rendah yang di kelilingi oleh pesawahan. Tempat persawahan di Anjatan pada intinya memercayakan curahan hujan.
Meski begitu keseluruhannya Daerah Desa Anjatan termasuk Subur karena di dalamnya ada DAS (Wilayah Saluran Sungai).
Menurut sumber oral warga jika kata “Anjatan” sendiri pada awalnya datang dari kata “Panjatan” (Tempat Memanjat), Panjatan ada bersaman dengan adanya banyak kandang-kandang ternak yang ada diwilayah Anjatan.
Dulu selainnya bertani warga Anjatan berpropesi sebagai peternak, baik peternak Kambing, Kerbau atau Sapi.
Hal itu tidaklah heran karena Daerah anjatan dulu mempunyai padang rumput-rumputan yang luas, hingga warga manfaatkan kondisi itu untuk lakukan pengembalaan ternak-ternak mereka di sejumlah padang rumput-rumputan desa itu.
Berawal dari 1 dan 2 peternak, selanjutnya berkembang sampai beberapa puluh atau bahkan juga beberapa ratus peternak, sampai akhirnya tercipta sebuah komune peternak di Anjatan.
Aktivitas pengembalaan ternak di padang rumput secara bersama diawali dari pagi sampai sore hari. Saat sore datang beberapa peternak membawa ternak-ternak mereka ke kandangnya masing-masing.
Sesaimpainya di kandang, ternak selanjutnya dimasukkan pada kandangnya masing-masing lewat panjatan, karena jumlah ternak yang banyak sekali.
Karena itu kejadian itu jadi seperti panorama unik untuk beberapa orang yang menyaksikan, karena ternak-ternak itu masuk kandangnya masing-masing dengan bersama-sama dan mengantre.
Kejadian unik masuknya ternak-ternak yang sudah digembala di dalam kandang dengan memakai Panjatan itu selanjutnya memberikan inspirasi masyarat sekitaran untuk menamai daerah yang mereka tinggali bernama Panjatan, kata Panjatan lama-lama berbeda bersamaan pengejaan warga, sampai akhirnya kata Panjatan itu jadi “Anjatan”.
Sejarah Desa Bugistua
Di Daerah Kabupaten Indramayu Jawa Barat, Persisnya di Kecamatan Anjatan ada sebuah Desa yang namanya Desa Bugistua, desa ini pada intinya sebagai pemekaran dari Desa Bugis yang berada di bawah Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu.
Desa Bugistua dengan luas Daerah ± 726,304 Hektar yang terbagi dalam 4 Desa dengan 05 Rukun Masyarakat (RW) dan 18 Rukun Tetangga (RT) dengan batasan daerah seperti berikut :
Pemberian nama Bugis dalam memberikan nama desa itu karena pendiri pertama desa itu sebagai seorang pengembara yang dari Suku Bugis (Sulawesi Selatan), menurut pembicaraan sesepuh desa di tempat beliau diundang dengan panggilan Ki Daeng Morontolo.
Tidak ada kepastian berkenaan tahun dan asal mula Ki Daeng Morontolo ini, hingga beliau tinggal di Desa Bugis.
Ada peluang beliau sebagai salah satunya Prajurit bayaran Kesultanan Mataram yang diturunkan dalam serangan ke Jakarta pada periode Sultan Agung 1628 Masehi.
Sesudah peperangan selesai beliau bisa saja selanjutnya memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Mataram (Jawa tengah/Yogyakarta) atau ke arah tempat kelahirannya Bugis.
Meski begitu, Desa Bugistua disahkan jadi pemerintah desa baru pada sekitaran tahun 1917 Masehi di bawah kekuasaan Hindia Belanda.
Topography Desa Bugistua
Desa Bugistua sebagai Desa Bugistua yang ada di cakupan kecamatan anjatan di mana kehadirannya di kelilingi oleh Sungai/Irigasi dengan ketinggian 7 m Dpl (Di atas Permukaan Laut).
Mayoritas daerah berbentuk wilayah berbukit-bukit atau wilayah berpasir-pasir dengan kemiringan di antara 0.3ⁿ – 0.7ⁿ
Bersebelahan langsung diantarannya samping Timur Desa Bugistua, Samping Selatan Desa Tumaritis, Samping Barat Desa Salamdarma, dan Samping Utaranya Desa Bugis dan Desa Mangunjaya.
Desa Bugistua terhitung desa dengan pemroduksi beras untuk menyuplai keperluan warga sekitaran dan Kabupaten Indramayu.Warga Desa Bugistua nyaris 85% berpendapatan dari pengerjaan hasil pertanian.
Paul adalah seorang penulis dan penjelajah budaya yang memiliki kecintaan mendalam pada bahasa-bahasa daerah, termasuk Bahasa Indramayu. Kecintaannya pada bahasa dan budaya lokal ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi dalam menulis, tetapi juga memperkaya wawasannya tentang keragaman budaya di Indonesia.